Sabtu, 22 Maret 2008

Dampak Napza Bagi Remaja

A. PENGERTIAN DAN JENIS-JENIS NAPZA

NAPZA merupakan perkembangan dari narkoba yang berubah nama seiring dengan bertambahnya jumlah bahan yang masuk dalam kriteria narkoba. NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif adalah substansi yang dapat mempengaruhi fungsi pikiran, perasaan, dan tingkah laku pada individu yang memakainya. Zat- zat yang tergolong narkotika dalam Undang-Undang di Indonesia yang dilarang untuk disalahgunakan adalah antara lain: ganja, morfin, heroin, dan kokain. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman yang dapat menurunkan, menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan.
Psikotropika adalah zat atau bahan alamiah maupun sintesis yang berkhasiat proaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental (emosi, kognitif, persepsi, dan kesadaran seseorang) dan perilaku.
Zat adiktif adalah zat atu bahan lain yang bukan narkotika dan psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan adiksi yaitu ketagihan sampai pada depedensi (ketergantungan) yaitu golongan amphetamine, sedative/hipnotika, termasuk tembakau (rokok, etanol dalam minuman beralkohol).
Mereka yang mengkonsumsi NAPZA akan mengalami gangguan mental dan perilaku sebagai akibat terganggunya fungsi kognitif (alam fikiran, afektif) alam perasaan, psikomotor (perilaku).

B. JENIS-JENIS NAPZA
1. Narkotika

A. Ganja
Nama lain dari ganja adalah marijuana atau Indian Hennep. Ganja adalah istilah atau nama bahan narkotika yang paling sering kita dengar. Ganja berasal dari tumbuhan cannabis sativa yang termasuk tanaman perdu. Tanaman ini dapat berbunga dan berbuah, daun bunga dan buah yang ada pada ujung-ujung tangkai dikeringkan kemudian dirajang-rajang seperti tembakau.
Ganja mengandung zat THC (Tetra Hydrocanabinol) yang dapat mempengaruhi mental, emosi, dan tingkah laku orang yang memakainya. Daya kerjanya adalah menekan kegiatan otak dengan menimbulkan situasi seperti bermimpi, meredakan dan memberikan perasaan nyaman.
B.Opiat

Opiat adalah bahan-bahan yang berasal dari tanaman Papaver Somniferrum atau tanaman candu. Tanaman ini termasuk tumbuhan semak (perdu). Bahan-bahan opiat yang sering disalahgunakan adalah:
a. Candu
b. Morphin
c. Heroin/ “Putaw”
d. Codein
e. Demerol
f. methadone

C.Kokain

Kokain atau Coca berasal dari tanaman Erythroxylin coca. Daun coca ini mengandung zat yang berkhasiat narkotika. Daun coca dipetik dan dikeringkan kemudian diolah dengan bahan kimia sehingga menghasilkan kokain.
Kokain berbentuk kristal putih atau bubuk putih, dan bisa juga berbentuk larutan jernih. Bila dicicipi rasanya pahit dan kebal. Penggunaannya biasanya dihisap melalui hidung (“sniffing”, intranasal), tetapi seringkali diinjeksikan melalui vena.

2. Psikotropika
Obat-obat psikotropika yang sering disalahgunakan adalah obat-obat dari golongan perangsang (Stimulansi), obat penekan SSP (depressant), yang terdiri dari obat tidur (sedative hypnotika) dan obat penenang (hallusinogen).

a.Obat Perangsang (Stimultant)

obat stimultant yaitu obat yang mempunyai efek meningkatkan kegiatan susunan saraf pusat, sehingga meningkatkan (merangsang) kemampuan fisik seseorang. Obat stimulansia yang sering disalahgunakan ialah amphetamine ( obat pengurus badan). Pemakaian obat ini dengan cara ditelan (tablet) dan disuntikkan (cairan).

b.Obat Depresant

Obat depressant yaitu obat yang mempunyai efek menekan atau mengurangi (depressant) kegiatan susunan saraf pusat, sehingga dipakai untuk menenangkan saraf atau mempermudah orang bisa tidur. Beberapa obat yang termasuk diantaranya adalah senyawa benzodiasepin, barbital, dan mepobramat.

C Halusinogen

Obat halusinogen ialah zat yang dapat menimbulkan perasaaan yang semu. Obat ini disebut juga obat pengkhayal. Obat halusinogen yang sering disalahgunakan adalah LSD ( Lysergic Acid Diethilamide). Pemakainnya dilakukan melalui mulut (dimakan) atau dihisap bersama rokok (bahan dilarutkan dulu kemudian larutan tersebut disemprotkan kedalam rokok).

3. Zat Adiktif .
TANDA DAN GEJALA

1. Narkotika
Ganja
Mereka yang mengkonsumsi ganja akan memperlihatkan perubahan mental dan perilaku sebagai berikut:
1. Jantung berdebar-debar
2. Gejala Psikologik
· Euporia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.
· Halusinasi dan delusi
Halusinasi adalah pengalaman panca indra tanpa adnya sumber stimulus (rangsangan) yang menimbulkannya. Misalnya seseorang mendengar suara-suara padahal sebenarnya tidak ada sumber suara itu.
· Perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya 10 menit dirasakan seperti 1 jam lamanya.
· Apatis
Yang bersangkutan bersikap acuh tak acuh, mas bodoh, tidak peduli terhadap tugas atau fungsinyasebagai makhluk social, seringkali lebih senang menyendiri dan melamun, tidak ada kemauan atau inisiatif dan hilangnya dorongan kehendak.
3. Gejala Fisik
· Mata merah ( konjungtiva kemerahan). Orang yang baru saja menghisap jenis ganja ditandai dengan warna bola mata yang memerah disebabkan pembuluh daraj kapiler berdilatasi (melebar).
· Nafsu makan bertambah. Hal ini disebabkan karena ganja mengandung zat aditif tetra-hidrocannabinol.
· Mulut kering. Orang yang mengkonsumsi ganja akan mengalami kkeringan pada mulut (air liur berkurang), hal ini disebabkan THC mengganggu system syaraf otonom yaitu saraf mengandung kelenjar liur.
· Perilaku maladaptive. Perilaku yang bersangkutan tidak mampu lagi menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan keadaan secara wajar. Misalnya yang bersangkutan memperlihatkan ketakutan, kecurigaan (paranoid), gangguan mental realitas, gangguan dalam fungsi social dan pekerjaan. Perilaku maladaptif ini sering menimbulkan konflik, pertengkaran, tindak kekerasan dan perilaku antisocial lainnya terhadap orang-orang disekelilingnya.
Pada umumnya orang yang menghisap NAPZA jenis ganja ini dengan maksud untuk melarikan diri dari kenyataan, ingin membebaskan diri dari beban pikiran yang kusut, ingin memperoleh kegembiraan (semu) dan masa bodoh terhadap sekeliling. Tanpa disadari pelarian ini justru menjerumuskan kedalam dunia khayalan sampai pada gangguan jiwa skizoprenia bahkan merupakan langkah awal gangguan jiwa skizoprenia yang sesungguhnya.

Opiat (Morphine, heroin/ “puttaw”)
Mereka yang mengkonsumsi NAPZA jenis ini opiatini baik dengan cara menghirup asap setelah bubuk opiate dibakar atau disuntikkan setelah bubuk opiate dilarutkan dalam air akan mengalami hal-hal berikut:
Pupil mata mengecil atau sebaliknya melebar, euphoria atau sebaliknya disforia, apatis.
Retardasi psikomotor, mengantuk/ tidur
Pembicaraan cadel (slurred speech), merupakan kondisi dimana yang bersangkutan berbicara tidak jelas karena gerakan lidah terganggu (kelu, garing, pelo)
Gangguan pemusatan perhatian dan konsentrasi, daya ingat menurun
Tingkah laku maladaptive
Mereka yang sudah ketagihan dan ketergantungan jenis ini akan menimbulkan gejala pututs obat (withdrawl symptom atau “sakaw”) yaitu gejala ketagihan dan ketergantungan apabila pemakaiannya dihentikan Sakaw atau gejala ketagihan sangat menyakitkan bagi pemakai sehingga pemakai akan berupaya dengan jalan apapun untuk memperoleh opiate agar gejala putus obat atau sakaw hilang. Misalnya, dengan mencuri, dan tindakan criminal lainnya bahkan bagi remaja putri dapat terlibat pelacuran. Kematian seringkali disebabkan oleh karena over dosis dengan akibat komplikasi medik yaitu edema (pembengkakan) paru akut sehingga pernafasan berhenti.

Kokain
Mereka yang mengkonsumsi NAPZA jenis ini akan mengalami gangguan mental sebagai berikut:
· Agitasi psikomotor, rasa gembira, rasa harga diri meningkat (randiosity) yaitu yang bersangkutan merasa dirinya hebat sehingga permasalahan hidup yang dihadapinya tidak ditanggapi secara wajar dan cenderung meremehkan. Banyak kesalahan yang dilakukan karena mempunyai percaya diri berlebihan.
· Banyak bicara
Pemakai banyak bicara yang seringkali tidak tentu ujung pangkalnya dan melompay-lompat (tidak menyambung atau tidak focus). Hal-hal yang bersifat pribadi atau rahasia bisa bocor karena fungsi pengendalian diri terganggu.
· Kewaspadaan meningkat
Pemakai merasa dirinya tidak aman dan terancam, shingga berprasangka buruk, curiga sampai pada tingkatan paranoid terhadap orang-orang disekitarnya yang mengakibatkan hubungan interpersonal terganggu. Tidak jarang pemakai selalu dalam keadaan siap atau pasang kuda-kuda, khawatir akan terjadi sesuatu pada dirinya.
· Jantung berdebar-debar, pupil mata melebar, tekanan darah meningkat, berkeringat berlebihan, kedinginan, mual dan muntah.
· Perilaku maladpatif
Pemakai tidak mampu menyesuaikan perilaku dengan lingkungan sekitar, disebabkan terganggunya daya nilai realitas yang beakibat pada terganggunya fungsi social dan pekerjaan, terganggunya hubungan interpersonal dalam bentuk curiga, percekcokan sampai perkelahian (tindak kekerasan).

Pemakai yang mengalami ketergantungan jenis kokain ini akan mengalami syndrome withdrawl/ putus kokain apabila pemakainnya dihentikan dengan gejala:
Depresi, yaitu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan murung, sedih, tidak dapat merasa senang, measa salah dan berdosa sampai pada keadaan ingin bunuh diri.
Rasa lelah, lesu, tidak berdaya dan kehilangan semangat, gangguan tidur, gangguan mimpi bertambah, sehingga mengakibatkan tidur tidak nyaman.

Syndrom putus obat merupakan keluhan fisik psikis yang tidak nyaman sehingga untuk mengatasinya pemakai menggunakan kokain dalam takaran dan pemakaian yang semakin meningkat, sehingga mengakibatkan ketergantungan semakin berat. Kelebihan atau overdosis kokain ini mengakibatkan gejala gangguan jiwa seperti halusinasi dan delusi juga akan terjadi kerusakan fungsi social seperti perkelahian, kehilangan kawan, tidak mau sekolah, drop out dari sekolah, kehilangan pekerjaan atau terlibat pelanggaran hukum (tindak kekerasan, perkosaan, pembunuhan, dll).

2. Psikotropika
Amphetamin ( ectacy, shabu-shabu)
Mereka yang mengkonsumsi NAPZA jenis ini akan mengalami gejala sebagai berikut:
Gejala psikologis, yaitu agitasi psikomotor, dimana pemakai berperilaku hiperaktif selalu bergerak dan tidak dapat diam. Rasa gembira, harga diri meningkat, banyak bicara (melantur), kewaspadaan meningkat (paranoid), halusinasi penglihatan (melihat sesuatu atau bayangan yang sebenarnya tidak ada).
Gejala fisik meliputi: jantung berdebar-debar, pupil mata melebar, takanan darah meningkat, kekeringan berlebihan atau kedinginan, mual dan muntah.
Tingkah laku maladapatif , seperti perkelahian, gangguan daya nilai realitas, gangguan dalam fungsi social dan pekerjaan.
Gangguan delusi (waham) amphetamine, yang ditandai dengan gejala:
Ø Waham kejaran, yaitu ketakutan yang tidak rasional (paranoid), pemakai yakin bahwa dirinya terancam karena ada orang-orang yang mengejar ingin mencelakakan dirinya.
Ø Kecurigaan terhadap lingkungan yang menyangkut dirinya sendiri, dimana pemakai yakin bahwa pembicaraan orang ataupun berita serta peristiwa yang terjadi ditujukan terhadap dirinya.
Ø Agresifitas dan sikap bermusuhan, kecemasan dan kegelisahan, agitasi psikomotor (tidak dapat diam, tidak dapat tenang, dan mudah terprofokasi)

Ketergantungan terhadap amphetamine akan menimbulkan gejala putus amphetamine apabila pemakaiannya dihentikan dengan gejala sebagai berikut:
· Perubahan alam perasaan, yaitu murung, sedih, tidak dapat merasa senang, dan keinginan mengurung diri.
· Rasa lelah, lesu, tidak berdaya dan kehilangan semangat
· Gangguan tidur, mimpi bertambah sehingga mengganggu kenyamanan tidur.
Sindrom putus amphetamine ini merupakan gejala yang tidak mengenakkan baik psikis maupun fisik, sehingga untuk mengatasinya pemakai mengkonsumsi amphetamine dengan takaran dan frekwensi yang semakin sering.



Sedative/ Hipnotika
Sedative/ hipnotika dikenal sebagai obat tidur yang mengandung zat aktif nitrazepam atau barbiturate atau senyawa lain yang khasiatnya serupa. Obat ini bermanfaat bagi pasien yang menderita stress dengan gejala kecemasan dan gangguan tidur. Pengguanaan obat ini harus dibawah pengawasan dokter dan hanya dapat dibeli dengan resep dokter.
Penyalahgunaan terhadap obat ini akan mengakibatkan ketagihan dan ketergantungan serta menimbulkan gangguan mental dan perilaku dengan gejala sebagai berikut:
· Gejala psikologik: emosi labil, hilangnya hambatan dorongan/ impuls seksual dan agresif sehingga pemakai kehilangan pengendalian diri dan terlibat tindak kekerasan, hubungan seks bebas sampai pada tindak pemerkosaaan, mudah tersinggung dan marah, banyak bicara (melantur).
· Gejala neurologik (saraf), seperti: pembicaraan melantur, gangguan koordinasi, gaya jalan yang tidak mantap, gangguan perhatian dan daya ingat.
· Efek perilaku maladapatif, seperti gangguan daya nilai realitas, perkelahian, halangan/ gangguan konsentrasi dalam fungsi social atau pekerjaan dan gagal bertanggung jawab.
Pemakaian yang dihentikan pada pengguna yang sudah mengalami ketagihan akan mengakibatkan gejala putus sedative/ hipnotika dengan gejala-gejala seperti mual dan muntah, kelelahan umum atau keletihan, berdebar-debar, tekanan darah meningkat, dan berkeringat berlebihan, kecemasan (rasa takut dan gelisah), gangguan alam perasaan seperti murung, sedih, mudah tersinggung dan marah, orthostatic hipotensi, tremor kasar pada tangan, lidah dan kelopak mata.
Sindrom putus sedative merupakan gejala yang tidak mengenakkan, sehingga untuk mengatasinya pemakai akan menelan pil sedative/hipnotika dalam jumlah dan frekwensi yang meningkat.

3. Zat adiktif
Alkohol ( minuman keras)
Alkohol dapat menimbulkan ketagihan ketergantungan yang dapat menimbulkan ganguan mental organic, yaitu gangguan dalam fungsi berfikir, berperasaan dan berperilaku. Gangguan ini terjadi karena reaksi langsung alcohol pada neurotransmitter sel-sel saraf otak. Karena sifat adiktifnya itu (menimbulkan ketagihan) maka orang yang meminumnya akan menambah dosis atau takaran sampai pada dosis keracunan atau mabuk. Gangguan mental organic yang terjadi ditandai dengan gejala sebagai berikut:
Terdapat dampak atau perubahan perilaku, misalnya perkalahian dan tindak kekerasan lainnya, ketidakmampuan menilai realitas, dan gangguan dalam fungsi social lain dan pekerjaan.
Terdapat gejala fisiologis seperti pembicaraan cadel, gangguan koordinasi, cara jalan yang tidak mantap, mata jereng, muka merah
Tampak gejala psikologis, yang meliputi: perubahan alam perasaan seperti euphoria (senang berlebih) atau disforia, mudah marah dan tersinggung, banyak bicara (melantur), gangguan perhatian atau konsentrasi yang merupakan penyebab utama kecelakaan lalulintas.

Pemakai yang sudah mengalami ketergantungan terhadap alcohol akan mengalami syndrome putus alcohol apabila pemakainnya dihentikan, dengan gejala: gemetaran kasar pada tangan, lidah dan kelopak mata, mual dan muntah, lemah, letih dan hipotensi. Gejala psikologis yang muncul: kecemasan dan ketakutan, perubahan alam perasaan menjadi pemurung dan mudah tersinggung bahkan pada peminum berat dapat jatuh pada keadaan depresi berat, timbul pikiran ingin bunuh diri dan melakukan tindakan bunuh diri, mengalami halusinasi dan delusi.

Tembakau

Tembakau atau rokok termasuk zat adiktif karena menimbulkan ketagihan dan ketergantungan. Mereka yang sudah ketagihan dan ketergantungan tembakau atau rokok bila pemakainnya dihentikan akan timbul gajala putus tembakau atau ketagihan dan ketergantungan dengan gejala sebagai berikut: mudah tersinggung dan marah, cemas dan gelisah, gangguan konsentrasi, tidak dapat diam, tidak tenang, nyeri kepala, mengantuk, gangguan pencernaan.
Mereka yang tidak merokok tetapi terkena asap rokok (perokok pasif) juga akan mengalami gangguan pada kesehatan dengan resiko yang sama. Oleh karena itu tembakau/ rokok disebut sebagai racun yang menular.

D. DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyalahgunaan obat adalah penggunaan obat apapun untuk tujuan non medis dan hampir selalu untuk mengubah kesadaran (Hollister, 1989). Menurut Supardi dkk (1992) penyalahgunaan obat adalah suatu penggunaaan obat diluar pengawasan medik yang dapat menimbulkan keadaaan yang dapat membahayakan atau mengancam masyarakat.
Penyalahgunaan obat dapat menimbulkan efek farmakologikyaitu toleransi, habituasi, adiksi, dan ketergantungan obat.
1. Toleransi, adalah terjadinya penurunan respon terhadap obat pada pemberian dosis yang sama atau untuk mendapatkan respon yang sama perlu penambahan dosis (Widjono, 1981, Sujatno, 1992).
2. Habituasi adalah kebiasaan menggunakan obat secara terus menerus yang dapat merusak diri sendiri atau lingkungan sosilal sehingga timbul ketergantungan psikis ( Sujatno, 1992).
3. Adiksi atau ketagihan, adalah suatu keadaan dimana terjadi intoksikasi secara periodic atau kronis yang dapat merusak atau mengganggu diri sendiri maupun lingkungan social (Widjono, 1981).
4. Ketergantungan obat adalah suatu keadaan dimana terjadi kebutuhan fisik dan atau psikis terhadap suatu obat karena penggunaan obat yang terus menerus (Widjono, 1981).
Bila penggunaan NAPZA dihentikan akan terjadi gejala pututs obat yang berupa tremor kasar pada tangan, lidah, kelopak mata, mual dan muntah, kelemahan dan keletihan, hiperaktif saraf otonom (takhikardi, berkeringat, dan peningkatan tekanan darah), kegelisahan, kecemasan, depresif, mudah tersinggung, hipoternsi orthostik, lakrimasi, rinorea, dilatasi pupil, piloreksia, diare, menguap (yawning), demam dan sukar tidur.
Dengan pemakaian NAPZA yang terus menerus akan menyebabkan ketergantungan. Karakteristik dari keterantungan terhadap NAPZA adalah sebagai berikut:
1. Keinginan dan kebutuhan yang mendesak (kuat) untuk secara terus menerus menggunakan NAPZA.
2. Adanya kecenderungan untuk menambah dosis.
3. Adanya ketergantungan individu baik fisik maupun psikologis.

Bila seseorang menggunakan zat adiktif akan dijumpai gejala atau kondisi yang dinamakan intoksikasi, dimana zat adiktif tersebut bekerja dalam susunan saraf pusat (teller) yang menyebabkan perubahan memori, perilaku, kognitif, alam perasaan, kesadaran.
Apabila seseorang menggunakan berulang kali atau sering secara berkesinambungan akan tercapai suatu kondisi yang dinamakan toleransi. Kondisi tersebut adalah peningkatan jumlah penggunaan zat adiktif untuk mencapai tujuan dari pemakai. Kondisi toleansi ini akan terus berlangsung sampai mencapai dosis yang optimal (over dosis).
Pada pemakaian yang terus menerus maka individu akan sampai pada tahap toleransi yang cukup tinggi, pengguna adiktif ini bila menghentikan atau tidak menggunakan lagi akan menimbulkan gejala-gejala yang dinamakan kondisi withdrawl atau syndrome putus asa zat.
Sindrom tersebut sebagai berikut:
1. Ketergantungan Fisik
Ketergantungan fisik akan timbul kalau pemakaian obat yang bercandu dilakukan secara terus menerus, jangka waktu dari satu dosis ke dosis berikutnya begitu pendek sehingga efek-efek dari obat tersebut belum hilang seluruhnya. Obat-obat yang dapat menimbulkan ketergantungan fisik anatara lain: golongan “generalized central nervous system depressant”, alcohol, dan minor tranquilizers. Adanya ketergantungan fisik hanya akan dipastikan bila pemakaian obat dihentikan secara mendadak atau dikurangi drastic. Efek yang timbul berupa gangguan fisiologik yang tidak disadari yang disebut “sindrom withdrawl” atau “sindrom abstinensia”.
2. Ketergantungan psikologik
Merupakan suatu kondisi umum untuk semua jenis penyalahgunaan NAPZA. Ketergantungan psikologik adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan sikap individu terhadap pemakaian NAPZA dan efek-efek yang ditimbulkannya. Apabila individu mengalami “putus obat”. maka akan muncul gejala-gejala:
a. Tremor pada tangan.
b. Mual dan muntah
c. Keletihan
d. Berkeringat dan peningkatan tekanan darah
e. Gelisah
f. Depresif dan mudah tersinggung
g. Demam
h. Sukar tidur.

E. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENCETUS TERJADINYA PENYALAHGUNAAN NAPZA
1. Faktor Biologis
Ø Genetik (tendensi keturunan)
Ø Metabolik: etil alcohol bila dimetabolisme lebih lama lebih efisien untuk mengurangi individu menjadi ketergantungan.
Ø Infeksi pada organ otak: intelegensi menjadi rendah (retardasi mental, misalnya ensefalitis, meningitis)
Ø Penyakit kronis: kanker, athsma bronciale, penyakit menahun lainnya.
2. Faktor Psikologis
Ø Tipe kepribadian (dependen, ansietas, depresi, anti social)
Ø Harga diri yang rendah: depresi terutama kondisi social ekonomi, pada penyalahgunaan alcohol, sedative hipnotik yang mencapai tingkat ketergantungan diikuti rasa bersalah.
Ø Disfungsi keluarga: kondisi keluarga yang tidak stabil, role model (ketauladanan) yang negative, tidak terbina hubungan saling percaya antar anggota keluarga, keluarga yang tidak mampu memberikan pendidikan yang sehat pada anggota keluarga, orang tua dengan gangguan penggunaan zat adiktif, perceraian dan pola asuh.
Ø Individu yang mempunyai perasaan tidak aman
Ø Cara pemecahan masalah individu yang menyimpang
Ø Individu yang mengalami krisis identitas dan kecenderungan untuk mempraktekkan homoseksual, krisis identitas.
Ø Rasa bermusuhan dengan keluarga atau dengan orang tua.
3. Faktor sosial Kultural
Ø Kehidupan agama yang kurang
Ø Masyarakat yang ambivalensi tentang penggunaan zat seperti: tembakau, nicotine, ganja dan alcohol
Ø Norma kebudayaan: pada suku bangsa tertentu, menggunakan halusinogen, alcohol untuk upacara adat dan keagamaan.
Ø Lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya banyak mengedarkan dan menggunakan zat adiktif.
Ø Persepsi dan penerimaan masyaraklat yang terhadap penggunaan zat adiktif
Ø Remaja yang lari dari rumah
Ø Penyimpangan seksual pada usia dini
Ø Perilaku tindak criminal pada usia dini, misalnya mencuri, merampok dalam komunitas.

Stressor Pencetus dan Penyalahgunaan NAPZA
Stressor dalam kehidupan merupakan kondisi pencetus terjadinya gangguan penggunaan zat adiktif bagi seseorang atau remaja, menggunakan zat merupakan cara untuk mengatasi stress yang dialami dalam kehidupan.
Beberapa stressor pencetus adalah:
Ø Pernyataan dan tuntutan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai pengakuan
Ø Reaksi sebagai cara untuk mencari kesenangan, individu berupaya intuk menghindari rasa sakit dan mencari kesenangan/relaks agar lebih menikmati hubungan interpersonal
Ø Kehilangan orang atau sesuatu yang berarti: pacar, orangtua, saudara, drop out dari sekolah, pekerjaan.
Ø Diasingkan oleh lingkungan,rumah, sekolah, kelompok teman sebaya, sehingga tidak mempunyai teman.
Ø Kompleksitas dan ketegangan dari kehidupan modern
Ø Tersedianya zat adiktif di lingkungan dimana seseorang berada khususnya pada individu yang mengalami pengalaman kecanduan zat adiktif
Ø Pengaruh dan tekanan teman sebaya (diajak, dibujuk, diancam)
Ø Kemudahan mendapatkan zat adiktif dan harganya terjangkau
Ø Pengaruh film dan iklan tentang zat adiktif seperti: alcohol, nicotine, gaya hidup idola dan artis
Ø Pesan dari masyarakat bahwa penggunaan zat adiktif dapat menyelesaikan masalah.

Factor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba / NAPZA Pada Remaja
Diantara banyak factor penyebab penyalahgunaan narkoba, adalah sebagai berikut:
v Keinginan yang besar tanpa sadar akan akibatnya.
v Keinginan untuk mencoba karena penasaran
v Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)
v Keinginan untuk diterima dilingkungan
v Lari dari kebosanan atau getirnya kehidupan
v Pengertian yang salah, bahwa penyalahgunaan yang sekali-kali tidak akan menimbulkan ketagihan
v Tidak siapnya mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga tidak mampu menolak narkoba secara tegas
v Kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak
v Kurangnya pengetahuan mengenai narkoba
v Factor orang tua:
Faktor orang tua yang ikut menjadi pencetus remaja menjadi penyalahguna NAPZA adalah orang tua yang:
· Kurang komunikatif dengananak
· Terlalu menuruti kemauan anak (permisif)
· Terlalu mengatur dan menuntut anak berprestasi
· Terlalu sibuk dan kurang memberi perhatian pada anak
· Tidak sepaham dalam mendidik anak
· Tidak konsisten dengan janji-janji
· Kurang harmonis, sering bertengkar, berselingkuh
· Kurang menanamkan etisme perilaku baik buruk atau boleh dan tidak boleh.

Kondisi yang langsung dan tidak langsungmendorong penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah sebagai berikut:
1. Langsung
Lingkungan sekolah yang rawan, seperti sekolah yang dekat dengan pusat perbelanjaan, dekat terminal, di lingkungan kumuh,dsb
Kurangnya control dari petugas sekolah, baik didalam maupun diluar sekolah, baik pada jam belajar maupun setelah jam belajar.
Banyaknya warung dan atau kios disekitar sekolah yang dapat dijadikan tempat pengedaran NAPZA di sekolah
Lokasi sekolah yang dijadikan tempat menongkrong pengguna narkoba
Penerapan sanksi yang kurang konsekuen terhadap pelanggaran peraturan sekolah
Kurangnya pemahaman pengetahuan guru, siswa, petugas sekolah dan orang tua siswa mengenai bahaya narkoba
2. Tidak Langsung
Peraturan sekolah atau tata tertib sekolah yang terlalu keras atau terlalu lunak
Komunikasi yang kurang efektif antara guru, kepala sekolah, siswa dan orang tua siswa
Kegiatan sekolah yang terlalu padat atau kegiatan sekolah yang kurang sesuai dengan minat siswa
Penanganan yang kurang optimal terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar
Kurangnya keterlibatan orang tua yang anaknya tidak terlibat dalam masalah penyalahgunaan narkoba
Kurang adanya kerjasama antara sekolah dan masyarakat sekitar Pemda setempat dan POLRI

Ciri-Ciri Remaja Pengguna NAPZA
Remaja yang menjadi pengguna NAPZA secara umum dapat dilihat dengan cirri perilaku sebagai berikut:
· Kurang giat belajar atau malas
· Kurang percaya diri, rendah diri, citra diri negative
· Mudah terpengaruh
· Mudah kecewa dan menjadi agresif atau destrukstif

F. LANGKAH-LANGKAH PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
Dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba terdapat beberapa macam prinsip. Diantaranya adalah prinsip PRESTASI (Yosep, 2000)
P
Prayer (religius)
· Pemberian ceramah agama
· Menyediakan bacaan-bacaan buku agama yang memotifasi hidup
· Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy
· Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup menurut konsep agama yang diyakini
· Menjelaskan tanggung jawab yang harus dipikul apabila melanggar norma agama
· Menjelaskan kisah-kisah orang shaleh yang diridhai tuhan sebagai suri tauladan
· Diskusi keagamaan, pengajian, seminar keagamaan.
R
Reconciliation of Family
· Diskusi dengan keluarga
· Mengajarkan komunikasi asertif pada keluarga
· Melibatkan anggota keluarga dalam terapi
· Penyuluhan tentang proses, dampak dan penatalaksnaaan adiksi
· Motivasi keluarga untuk membantu anggota keluarga untuk mampu jujur bila sugestinya datang
· Diskusikan upaya keluarga untuk membantu anggota keluarga mengurangi sugesti
· Ciptakan suasana yang akrab dan hangat di rumah
· Bantu anggota keluarga untuk bersembunyi/menghindar dari pengguna narkoba
E
Environment Condussive
· Menghindari orang yang adiksi
· Menghindari tempat yang berkaitan dengan adiksi
· Mencari lingkungan pergaulan baru
· Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi
S
Say No
· Tidak pernah mencoba
· Belajar berfikir positif dan bersikap optimis
T
Time management
· Membuat jadwal kegiatan harian
· Mengevaluasi kegiatan harian
· Memberi penghargaan pada prestasi anggota keluarga
· Mengikuitsertakan pengguna dalam kegiatan-kegiatan, seminar tentang AIDS, dampak zat adiktif
A
Activity of dinamic
· Membuat target prestasi harian
· Meniru orang sukses
· Identifikasi hobi dan aktivitas yang menyenangkan
· Motivasi untuk melakukan aktivitas secara teratur
· Motivasi untuk segera mengatasi masalah dengan segera
S
Subject of future
· Membuat perencaan tahunan
· Identifikasi tokoh idola
· Mempelaajari riwayat hidup orang sukses
I
Information of impact drug abuse
· Menunjukkan hasil-hasil penelitian tentang dampak NAPZA terhadap timbulnya penyakit-penyakit kronis
· Menjelaskan banyak prestasi yang dicapai orang lain tanpa menggunakan NAPZA